Jakarta, Framenews.id – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mencatat sejarah baru dalam pembangunan infrastruktur keagamaan. Masjid Raya Baitul Khairat resmi meraih dua penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), masing-masing untuk kubah terbesar di Indonesia dengan diameter 90 meter, serta jam analog terbesar di menara masjid dengan diameter 19,3 meter.
Penyerahan sertifikat Rekor MURI berlangsung di kantor pusat MURI, Jakarta, pada Rabu (15/10/2025).
Sertifikat diserahkan oleh Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, mewakili pendiri MURI Jaya Suprana, kepada Kepala Dinas Cikasda Sulawesi Tengah, Andi Ruly Djanggola, yang hadir mewakili Gubernur Sulawesi Tengah.
Dalam sambutannya, Yusuf Ngadri mengungkapkan sejumlah fakta menarik di balik hampir dua tahun proses pembangunan masjid yang dimulai sejak 23 Oktober 2023 hingga 15 November 2025.

Masjid Raya Baitul Khairat memiliki desain arsitektur sarat makna. Kubah utamanya berdiameter 90 meter, menjadikannya yang terbesar di Indonesia, sementara menara masjid dilengkapi dengan jam analog raksasa berdiameter 19,3 meter—keduanya mendapat pengakuan resmi dari MURI.
Keindahan masjid ini semakin lengkap dengan 99 ornamen jendela yang merefleksikan Asmaul Husna, serta dua menara kembar setinggi 66,66 meter yang menggambarkan 6.666 ayat dalam Al-Qur’an yang berisi perintah, larangan, ancaman, halal, dan haram.
Bangunan utama masjid memiliki ketinggian 30 meter dari permukaan tanah, yang melambangkan 30 juz dalam Al-Qur’an, menjadikannya bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol spiritual yang penuh filosofi.
Sedianya, penyerahan sertifikat MURI dijadwalkan berlangsung 20 Oktober 2025 di Aula Masjid Raya Baitul Khairat, Palu. Namun, karena secara prosedural fasilitas masjid belum diserahterimakan kepada pemerintah daerah hingga 15 November 2025, penyerahan dilakukan lebih awal di kantor MURI Jakarta bersama pihak PT PP (Persero) sebagai pelaksana proyek.
Dalam sambutan Gubernur Sulawesi Tengah yang dibacakan Andi Ruly Djanggola, disebutkan bahwa pembangunan Masjid Raya Baitul Khairat merupakan hasil proses panjang lintas waktu dan lintas kepemimpinan daerah.
Menurutnya, pembangunan ini berawal dari Gubernur Sulawesi Tengah ke-10, Longki Djanggola, yang memprakarsai sayembara desain masjid dan penyusunan dokumen perencanaannya setelah bencana 2018.
Dilanjutkan oleh Gubernur ke-11, Rusdi Mastura, yang memulai ground breaking pada 23 Oktober 2023 sekaligus meresmikan nama baru Masjid Agung Darussalam menjadi Masjid Raya Baitul Khairat.
Sementara pada masa Gubernur ke-12, Anwar Hafid, difokuskan pada pembentukan kelembagaan pengelolaan dan pemanfaatan masjid.
“Tidak ada rencana membangun masjid ini untuk memperoleh rekor MURI. Penilaian datang murni dari hasil verifikasi mereka terhadap keunikan desain dan skala bangunan,” kata Andi Ruly Djanggola, Kepala Dinas Cikasda Sulteng
Ruly menambahkan, filosofi desain Masjid Raya Baitul Khairat juga sarat makna spiritual. Angka 9 yang mendasari ukuran kubah (90 meter) dan jam analog (19 meter) terinspirasi dari Surah At-Taubah, surah ke-9 dalam Al-Qur’an, yang bermakna pengampunan.
“Masjid ini diharapkan menjadi rumah kebaikan (Baitul Khairat) tempat memohon ampunan dan keberkahan bagi warga Kota Palu khususnya, dan masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya,” pungkasnya.
[ RED | Framenews.id ]















