Palu, Framenews.id – Hari itu, Selasa (30/7/2025), angin kota Palu berhembus hangat ketika Bupati Buol, H. Risharyudi Triwibowo, MM menyalami Rektor Universitas Tadulako, Prof. Dr. Ir. Amar, S.T., M.T., IPU., ASEAN Eng. di halaman kampus Untad. Sebuah jabat tangan yang mengandung harapan besar—bukan hanya bagi dua lembaga, tapi untuk masa depan ribuan generasi muda dari wilayah paling utara Sulawesi Tengah: Kabupaten Buol.
Di auditorium kampus, ditandatanganilah Nota Kesepahaman antara Pemerintah Daerah Kabupaten Buol dan Universitas Tadulako Palu. Kerja sama ini mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Namun yang paling ditunggu-tunggu adalah satu hal: Buol akan segera memiliki kampus sendiri.

Tak sedikit anak muda di Buol yang harus menempuh perjalanan jauh, bahkan menahan mimpi kuliah karena keterbatasan akses dan biaya. Di desa-desa pegunungan dan sepanjang garis pantai Tiloan hingga Bokat, ratusan siswa SMA yang lulus setiap tahun hanya bisa berharap—entah ada kesempatan lanjut kuliah atau harus langsung bekerja membantu keluarga.
Kini, harapan itu tampak nyata. Melalui Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Tadulako, Kabupaten Buol direncanakan akan membuka tiga program studi unggulan: Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Manajemen, dan Agroteknologi, serta alternatif Teknik. Targetnya, tahun akademik 2026/2027 sudah bisa dimulai.
“Kami percaya, akses pendidikan tinggi tidak boleh jadi hak istimewa kota-kota besar. Dengan adanya PSDKU di Buol, kami ingin pendidikan hadir lebih dekat, menyentuh masyarakat hingga ke pelosok,” ungkap Rektor Untad, Prof. Amar, yang selama ini dikenal mendorong kemajuan pendidikan di wilayah 3T.
Tak hanya pendidikan formal, kerja sama ini juga mencakup Tri Dharma Perguruan Tinggi—yang berarti, nantinya dosen dan mahasiswa Untad akan terlibat aktif dalam penelitian dan pengabdian masyarakat di Buol, memberi warna baru bagi kemajuan sosial dan ekonomi lokal.
Dalam sambutannya, Bupati Buol tampak tak sekadar berbicara sebagai kepala daerah. Kalimat-kalimatnya mencerminkan suara seorang ayah, seorang warga Buol yang tumbuh dengan cerita anak-anak pintar yang tak mampu kuliah, dan para guru honorer yang belum sarjana meski sudah puluhan tahun mengabdi.
“Kami ingin pendidikan tinggi di Buol bukan hanya soal banyaknya bangku kuliah, tapi soal kualitas, soal membuka jalan hidup, soal harapan,” kata Bupati dengan nada haru.
Tak banyak yang tahu, Pemerintah Daerah juga telah memulai langkah konkret. Tahun ini, mereka telah membuka kelas cabang Program Magister Manajemen (S2) Untad di Buol. Sebanyak 36 mahasiswa, sebagian besar ASN dan warga umum, kini menjalani perkuliahan tanpa harus meninggalkan keluarga dan pekerjaan.
Salah satu mahasiswa, Rahmi (34), seorang guru honorer di Paleleh, meneteskan air mata saat diwawancarai.
“Dulu saya pikir gelar S2 hanya mimpi. Tapi sekarang, saya bisa kuliah sambil tetap mengajar anak-anak. Terima kasih karena mimpi saya tidak lagi terlalu jauh,” katanya sambil tersenyum.
Pendidikan Tak Lagi Jauh
Dari balik sambutan dan dokumen kerja sama, sebenarnya cerita yang paling kuat adalah tentang orang-orang biasa—anak petani dari Bunobogu, anak nelayan dari Leok, para guru honorer, dan pegawai desa yang bermimpi menyandang gelar sarjana. Kerja sama ini bukan hanya dokumen, tapi jembatan.
Kini, Buol tidak lagi hanya menjadi “ujung provinsi” di peta. Dengan hadirnya PSDKU Untad, Buol akan menjadi titik awal masa depan bagi generasi yang ingin belajar, berkembang, dan kembali membangun tanah kelahirannya.
“Insya Allah, dengan hadirnya kampus ini, tidak ada lagi anak Buol yang harus meninggalkan mimpi hanya karena jarak dan biaya,” tutup Bupati.
Sebuah babak baru dimulai. Dari Palu ke Buol, dari kampus ke kampung. Pendidikan akhirnya datang mengetuk pintu.