BuolJakartaOpini

Ketika Perubahan Tidak Butuh Panggung

×

Ketika Perubahan Tidak Butuh Panggung

Sebarkan artikel ini
SANTAI. Bupati Buol, Bowo Timumun (Kiri, Baju Batik) dalam suasana santai saat bertemu Wakil Menteri Sosial RI, Agus Jabo Priyono (Ketiga dari Kanan, berambut putih), Senin (21/04/2025) di kantor Kemensos RI di Jakarta, terkait rencana pembangunan Sekolah Rakyat di Kabupaten Buol. FOTO DOK IST

TAK selalu perubahan dimulai dari panggung megah atau pidato panjang. Kadang, cukup dari obrolan santai di ruang kerja, sambil menyeruput secangkir kopi. Itulah yang terjadi di Kementerian Sosial RI,  saat Bupati Buol, Bowo Timumun bertemu Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono di Jakarta belum lama ini.

Oleh : Syarif M Joesoef

Jakarta, Framenews.id – Kita terlalu sering membayangkan perubahan besar harus dimulai dari panggung mewah, lampu sorot, dan tepuk tangan panjang.

Advertisement
Example 300x600
Scroll untuk lanjut membaca

Tapi kisah dari ruang kerja Wakil Menteri Sosial ini mengingatkan kita bahwa kadang, justru dalam kesederhanaanlah ide-ide besar lahir.

Pertemuan antara Menteri Sosial RI, Bupati Buol Bowo Timumun, dan Wamen Sosial Agus Jabo memang tidak disiarkan langsung atau dibalut seremoni. Tapi makna yang muncul dari obrolan santai mereka jauh melampaui formalitas.

Mereka tidak berbicara soal pencitraan. Mereka bicara tentang bantuan sosial, pelatihan kerja, dan penguatan ekonomi lokal.

Semua hal yang sering luput dalam debat-debat tinggi nan elitis. Dan yang lebih penting, mereka melakukannya dengan pendekatan yang manusiawi setara, terbuka, dan penuh rasa saling percaya.

Buol bukan kota besar. Ia bukan Jakarta, Surabaya, atau Makassar. Tapi justru dari tempat-tempat seperti inilah Indonesia bisa benar-benar dibangun dari pinggiran.

Ketika kepala daerahnya datang bukan dengan proposal kosong, tapi dengan komitmen dan visi, itu pertanda daerah tersebut ingin bergerak.

Yang dilakukan Bowo Timumun bukan sekadar kunjungan, tapi langkah strategis. Dan ketika kementerian menyambutnya dengan tangan terbuka, tanpa jarak birokrasi yang kaku, itu menunjukkan bahwa pusat mulai belajar mendengar suara daerah secara tulus.

Dalam dunia yang penuh simbol dan citra, pertemuan semacam ini layaknya oase. Ia mengingatkan kita bahwa pemerintahan yang efektif tidak harus selalu kaku.

Kadang, justru melalui percakapan santai dengan secangkir kopi, sebagai saksi arah baru untuk sebuah kabupaten bisa mulai disusun.

Karena pada akhirnya, rakyat tak menunggu seremoni. Mereka menunggu hasil. Dan mungkin, hasil itu justru lahir dari ruang-ruang kecil yang jauh dari sorotan kamera, tapi penuh dengan tekad besar.**

Penulis : Redaktur Framenews.id

Example 300x600
Example 300x600
error: DILARANG MENGCOPY KONTEN TANPA IZIN REDAKSI FRAMENEWS.ID