Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya untuk meningkatkan kesehatan, tetapi juga membuka peluang ekonomi di Kabupaten Buol. Bupati H. Risharyudi Triwibowo melihat MBG sebagai cara untuk memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam lokal, seperti pertanian dan perikanan. Program ini dapat menciptakan lapangan kerja baru, memperkuat ketahanan pangan, dan mendukung perekonomian lokal secara berkelanjutan.
Oleh : Moh Sarif M Joesoef, S. Sos
Framenews.id, Buol – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintah pusat, tentu menjadi salah satu langkah signifikan dalam upaya memperbaiki kualitas hidup masyarakat Indonesia, khususnya dalam pemenuhan gizi yang seimbang bagi kalangan kurang mampu.
Namun, dalam kesempatan berbincang bersama Bupati Buol, H. Risharyudi Triwibowo, Kamis (03/04/25) malam, ada perspektif menarik yang mengubah cara pandang kita terhadap program ini.
Menurutnya, MBG bukan hanya soal peningkatan kesehatan, tetapi lebih jauh lagi, program ini membuka peluang kerja yang sangat potensial bagi masyarakat daerah, terutama di Kabupaten Buol.
Pandangan Bupati Buol ini memberikan gambaran yang lebih luas tentang dampak MBG. Banyak yang menganggap bahwa tujuan utama program ini hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.
Namun, Triwibowo melihat bahwa keberhasilan MBG tidak hanya terletak pada konsumsi makanan bergizi, melainkan pada bagaimana program ini dapat merangsang perekonomian lokal, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengembangkan sektor-sektor produktif yang ada di Buol.
Sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam, seperti hasil pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan, Buol memiliki potensi besar untuk mendukung pelaksanaan MBG dengan cara yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga memberdayakan masyarakat.
Pemkab Buol bisa memanfaatkan lahan-lahan yang ada untuk menghasilkan bahan pangan lokal yang dibutuhkan untuk program ini.
Misalnya, petani lokal dapat memasok hasil pertanian yang bergizi seperti sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian, sementara nelayan dapat menyediakan ikan segar untuk konsumsi.
Dengan begitu, masyarakat di sekitar Buol tidak hanya menjadi penerima manfaat program ini, tetapi juga turut berkontribusi dalam pengadaannya.
Tidak hanya itu, program MBG membuka peluang bagi sektor peternakan dan perkebunan untuk berkembang. Ternak yang dipelihara oleh masyarakat Buol bisa menjadi sumber protein hewani yang penting untuk menciptakan menu bergizi.
Begitu pula dengan pengolahan hasil perkebunan yang kaya akan nilai gizi, seperti kelapa dan rempah-rempah, bisa dimanfaatkan dalam produk pangan lokal yang tidak hanya sehat, tetapi juga bernilai ekonomi.
Inovasi yang lebih menarik lagi adalah kemungkinan pengembangan distribusi pangan yang melibatkan masyarakat setempat.
Dalam menghadapi tantangan geografis yang sulit dijangkau, Pemkab Buol dapat merancang sistem distribusi yang melibatkan warga sebagai penghubung antara produsen dan konsumen.
Hal ini akan menciptakan peluang pekerjaan baru, dari petugas pengemasan hingga tenaga pengantar makanan.
Di sisi lain, Pemkab Buol dapat memperkenalkan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat mengenai cara-cara mengolah pangan yang bergizi dan memanfaatkan hasil lokal dengan maksimal.
Program edukasi ini juga akan membuka peluang kerja baru bagi pengajar, pelatih, atau petugas lapangan yang bertugas memberi penyuluhan.
Dengan kolaborasi antara sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan pengolahan makanan, MBG bukan hanya menjadi program bantuan sosial, tetapi juga sebuah motor penggerak perekonomian daerah.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Bupati Buol, salah satu tantangan utama dalam menjalankan program ini adalah bagaimana memastikan bahwa program MBG bisa berjalan secara berkelanjutan.
Untuk itu, dibutuhkan koordinasi yang solid antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta pihak swasta dan masyarakat.
Sebagai daerah yang memiliki potensi alam melimpah, Buol bisa menjadi contoh sukses dalam memanfaatkan program ini untuk menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan ketahanan pangan secara bersamaan.
Dengan pendekatan yang inovatif dan memberdayakan masyarakat lokal, Kabupaten Buol bisa menjadi pionir dalam mengimplementasikan MBG secara holistik.
Sebuah program yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi yang luas, dari petani hingga pengusaha lokal.
MBG di Buol dapat menjadi model yang bisa diadaptasi oleh daerah lain di Indonesia, yang menunjukkan bahwa ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi bisa berjalan beriringan untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera.
Dalam kesimpulannya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya sekadar program bantuan makanan semata. Di tangan Pemkab Buol, program ini berpotensi menjadi pendorong perekonomian yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat.
Melalui inovasi dalam sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan distribusi, Buol bisa menjadi contoh nyata bagaimana sebuah program nasional dapat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan, menuju masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.
Penulis : Redaktur Framenews.id









