banner 325x300
OpiniPaluSulawesi Tengah

Begini Sejarah Terbentuknya Kompi C 711 Raksatama Tolitoli: Pertempuran di Operasi Seroja Timor Timur 1977-1978

×

Begini Sejarah Terbentuknya Kompi C 711 Raksatama Tolitoli: Pertempuran di Operasi Seroja Timor Timur 1977-1978

Sebarkan artikel ini
Peleton 3 Kompi C 711 Raksatama, pose bersama di daerah operasi Seroja Timtim 1977-1978
Peleton 3 Kompi C 711 Raksatama, pose bersama di daerah operasi Seroja Timtim 1977-1978

REMEXIO dan RAMELAU:

Ini dua nama kesohor. Waktu ayah saya pulang dari Timtim, Achmad Siradjudin, menggunakan topi warna merah disisi kiri dan sisi kanan tertulis Remexio dan Ramelau. Kepada bapak Harun Pelango saya tanyakan itu apa sih maksudnya kedua nama ini?

Advertisement
banner 325x300
Scroll untuk lanjut membaca

Ternyata ini merupakan simbolisasi keberhasilan dari operasi Baratayudha yang dilaksanakan oleh personel Kompi C 711 Raksatama, di tahun 1977-1978.

“Ramelau itu gunung tertinggi di Timtim. Kalau kita naik di atas, di puncak gunung Ramelau itu sudah terlihat kota di Australia. Ada gemerlap lampu-lampu yang terpancar cahayanya dari sana.
Ditambah lagi kulit wajah bisa takupas, karena udaranya sangat dingin, “ ujarnya.

“Sedangkan Remexio itu adalah sebuah daerah tingkat kecamatan di Timtim. Disini, pernah serangan dilakukan oleh pihak kami terhadap musuh dari Fretelin Timtim. Kepungan dilakukan dengan melibatkan semua unit pasukan TNI yang ada, “ ceritanya lagi.

Semakin menarik. Dalam pertempuran disini, lanjut Harun banyak menelan korban dari pihaknya. Mereka merebut wilayah (Kecamatan) Remexio ini (nama gunung juga sebenarnya). Penyerangan yang disebut dengan aksi sapu bersih (Saber) tersebut membuat musuh pontang panting melawan TNI. Musuh dapat dihancurkan, dan wilayah Remexio dapat dikuasai oleh TNI.

Remexio merupakan salah satu basis kekuatan Fretelin, sehingga taklukan wilayah strategis yang cukup subur ini menjadi nilai positif bagi TNI, sekaligus memperkecil ruang gerak Fretelin dan
pasukannya.

“Di sini semua satuan itu banyak korban. Kita rebut Remexio terletak di antara Dili, kita lewati Dare (rumah sakit), naik ke Balipar, lalu ke kanan kita dapat Ailiu, kalau ke kiri Kecamatan Remexio. Di sini terjadi serangan umum, kita kepung musuh dari kanan kiri, kita
kejar semuanya, “ papar Harun dengan semangat.

“Sehingga mereka terkepung, dan terjadi serangan umum dari TNI, dengan melibatkan meriam dari
Armed, infanteri merapat menyerang. Waktu saya ke Timtim untuk yang kedua kalinya, Kecamatan
Remexio sudah bagus, dibanding tahun 1977-1978 yang lalu. Ada juga Kecamatan Maubesi, ada daerah namanya Atubaligo, terkelupas wajah karena dinginnya.
Hidung takupas, bibir takupas gara-gara dingin, “ ujarnya.

Posisi daerah ini di atas gunung.
Pasukan TNI saat melakukan penyerbuan menggunakan sistem berlapis. Sapu bersih (Saber). Ada pasukan penyerang ada pasukan penutup. Supaya tidak ada musuh yang bisa lolos.

“Jadi waktu itu, kita Batalyon 711 pasukan penyerang. Hingga kami apel sore, sekitar pukul 16.00 waktu setempat, saat itu Komandan Kompi Sutarjo keluar air matanya saat memberi briefing
(pengarahan). Menangis beliau. Sehingga anggota bertanya-tanya kenapa Danki ini menangis. Maka semua pasukan sudah mulai siap, untuk melakukan tugas. Sudah siap mati. Apakah masih pulang ke
Tolitoli atau sudah tewas di sini. Semua sudah tekad. Habis habisan, “ bebernya.

Waktu itu, Kompi C ditampung digudang kopi, di Kabupaten Ailiu. Pada saat itu pasukan akan merapat ke lokasi penyerangan, ke Remexio. “Pada saat itu sekitar pukul 15.00 waktu Timtim
kita masuk ke daerah persiapan. Tapi sudah masuk pukul 16.00 waktu Timtim saya melihat kenapa komandan Kompi belum bangun. Semua perwira masih tidur. Sampai pukul 17.00 waktu Timtim” kenangnya.

“Pasukan sudah siap semua, ransel sudah lengkap isi dalamnya. Amunisi, dan magasen terisi. Sambil menunggu, semua tidur sambil duduk, dan saling sandar punggung. Senjata sudah standby.
Waspada, menunggu perintah bergerak. Tetapi mengapa semua komandan tidur. Saya penembak 1 (satu) Regu 2 (dua) Peleton 2 (dua). Komandan Regu (Danru) satu Harun Abd Latief, asal Gorontalo. Danru dua Jalal Haidi, Danru tiga Saleh Kadir, “ ceritanya.

Harun menyatakan, saat Komandan Kompi terbangun mereka mendapatkan informasi yang memerintahkan agar pasukan Kompi C menjadi pasukan penutup.

“Posisi anggota belum tertidur, saya berdiri, semua dalam keadaan gelap, di gudang kopi Portugis. Begitu pukul 18.00 Danki bangun. Dan memberikan sebuah informasi kepada pasukan, bahwa Kompi C dari penyerang menjadi pasukan penutup, “ kata Harun.

“Kita jadi pasukan penutup. Bukan pasukan penyerang. Karena pasukan Batalyon Infanteri 328 Kostrad dibawah pimpinan Prabowo Soebianto baru saja mendarat di Timtim. Pada pukul 07.00
pasukan Prabowo langsung konvoi, melewati pasukan kami. Kita lihat mereka semua kecil-kecil badannya. Ini pasukan payung yang baru diterjunkan di war area, “ sebut Harun.

“Kecil-kecil tapi wing (brevet kualifikasi penerjun) banyak. Dari Kostrad. Lincah-lincah. Jadi pak Siradjudin, salah satu mantan anggota Raider 700 dia cerita sama saya, kau liat itu. Pasukan terjun kecil-kecil itu. Makanya saya terbetik dalam hati, kapan kira-kira saya bisa
seperti itu, seperti mereka, “ ujarnya.

Dari situlah menurut Harun dirinya terobsesi dan bercita-cita akan menjadi pasukan penerjun dengan menggunakan wing seperti pasukan 328 Kostrad.

“Sejak melihat pasukan 328, maka sejak saat itu sudah menjadi obsesi dan menjadi cita-cita saya suatu hari nanti saya menjadi anggota pasukan penerjun, pake wing, seperti pasukan 328 Kostrad, “ kata Harun.

Akhirnya sekitar tahun 1990-an, Harun Pelango dimutasikan ke pasukan Linud 700 Raider Kodam VII Wirabuana di Daya, Sulawesi Selatan (Sulsel).Yang akhirnya mengikuti pelatihan di Batujajar, dan mendapatkan wing komando.

PENGEPUNGAN DI REMEXIO

Kembali ke cerita pengepungan di Remexio. Akhirnya pasukan bergerak dan masuk di kedudukan di war area. Pukul 05.30 waktu Timtim itu, pertempuran dimulai. Serangan sudah terjadi. Ditunjang
pesawat-pesawat tempur TNI membombardir war area. Meriam dari artileri, dan Armed saling berseliweran manghajar posisi musuh.

Beberapa prajurit Kompi C 711 ada yang kena peluru. Pertama Yance Natari, kena di Remexio. Selanjutnya di gunung Cincin kena lagi anggota yaitu Satimin, Montolu, Supardi Boliti. Sedangkan Jalal Haidi, meninggal di Batuliu, saat mengejar Nicolao Labato, pimpinan Fretilin. Setelah pemerintah Timor Portugis (Timpor) meninggalkan daerah jajahannya.

Pemerintahnya melepas ke pribumi, muncul tiga partai. Sebenarnya empat. Yaitu Partai UDETE, Partai Apodeti,
Partai Fretelin, dan Partai Kota Trabalista.

“Nah ini Partai Kota Trabalista tidak lama, dan terus bubar. Dia partai kecil. Yang pro
Indonesia, yang ingin gabung dengan Indonesia adalah UDETE (Uniao Democratica Timor Denste).
Pimpinannya Arnaldo Dos Reis Araujo, yang menjadi Gubernur Timtim pertama. Kedua, Apodeti
(Asosisi Politica Democratic Timor Leste) pimpinan Fransisco Xavier Lopez da Cruz, yang kemudian menjadi Wakil Gubernur Timtim. Sedangkan Fretelin (Frente Revosionale Timor Leste Indopendencia) dipimpin Nocolao Labato, “ ulasnya.

Setelah pemerintah Portugis pergi, ASN-nya tinggal, yang polisi dan tentara tinggal. Termasuk yang bertahan di hutan lama, yakni sersan Mohuno, sersan Moudu, sersan Maokalo, sersan David
Alex, dan sersan Sahem, bersama kopral Xanana.

“Xanana ini pangkatnya kopral, tapi dia pintar menulis. Sedangkan temannya yang sersan itu hanya tau perang dan strategi tempur. Tapi menulis tidak terlalu bagus. Xanana ini kopral tapi punya bakat menulis. Ada juga ASN yang desersi, seperti Morus Diak, karena pernah kami tahan. Dia tewas di tangan Batalyon 700 Raider, tahun 1990, “paparnya.

Ke halaman selanjutnya….

error: DILARANG MENGCOPY KONTEN TANPA IZIN REDAKSI FRAMENEWS.ID