Buol, Framenews.id – Sebanyak 80 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Leok, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, mengikuti pelatihan pertukangan dan pengelasan untuk masa depan.
Kegiatan hasil kerja sama antara Lapas Kelas III Leok dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Kabupaten Buol itu dibuka secara resmi oleh Bupati Buol, H. Risharyudi Triwibowo, Senin (27/10/2025), di Aula Lapas Kelas III Leok.
Kepala Lapas Kelas III Leok, Achmad Adrian, dalam sambutannya mengatakan, dirinya baru bertugas sekitar dua minggu di Buol. namun semangatnya untuk membawa perubahan tampak jelas.
Baginya, pembinaan bukan hanya soal disiplin, tapi juga memberi ruang bagi warga binaan untuk memperoleh keterampilan hidup.
“Manfaatkanlah kesempatan ini sebaik mungkin. Jadikan pelatihan ini sebagai bekal untuk hidup mandiri setelah bebas nanti,” pesannya kepada peserta pelatihan.

Adrian berharap warga binaan dapat memanfaatkan pelatihan dengan maksimal, agar ilmu yang diberikan instruktur dapat dipraktikkan secara langsung nantinya.
Senada dengan itu, Bupati Buol, H. Risharyudi Triwibowo menyampaikan apresiasi kepada pihak Lapas atas pelaksanaan kegiatan positif bagi para warga binaan.
Menurutnya, setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, dan pelatihan seperti ini menjadi bagian penting dari proses tersebut.
“Proses memperbaiki diri bagi warga binaan tentu dilakukan di sini dengan berbagai kegiatan positif, salah satunya pelatihan ini,” kata Bupati yang akrab disapa Bowo.
Bowo berharap, seluruh warga binaan dapat berperilaku baik agar memperoleh remisi pada hari besar keagamaan dan dapat segera kembali ke keluarga masing-masing sebagai pribadi yang lebih baik dan bermanfaat.
Bupati juga menyampaikan rencana untuk melibatkan warga binaan dalam berbagai pekerjaan konstruksi pemerintah daerah, seperti pembuatan tralis, pagar, kusen, jendela, dan pintu, bekerja sama dengan pihak Lapas.
“Kami akan memberdayakan warga binaan sesuai kebutuhan, sehingga mereka merasa mampu berkontribusi bagi daerah dan keluarganya,” sebutnya.
Bowo menambahkan, Pemkab Buol akan menyiapkan lahan milik pemerintah di kawasan Gunung Kali untuk dimanfaatkan warga binaan menanam sayur-mayur dan komoditas lainnya.
“Pemkab Buol bersama Lapas Kelas III Leok akan melakukan yang terbaik bagi warga binaan. Mereka akan bekerja di lahan tersebut sesuai prosedur, di bawah pengawasan dan pengamanan pihak Lapas,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelatihan, Rahima H. Usman, menjelaskan kegiatan berlangsung selama 8 hari, diikuti 80 warga binaan yang terbagi atas dua kelompok: 40 orang mengikuti pelatihan pertukangan dan 40 orang pelatihan pengelasan.
“Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama dengan Dinas Nakertrans Kabupaten Buol,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Nakertrans Kabupaten Buol, Friesa Agusfard, berharap pelatihan ini dapat melahirkan tenaga terampil dan mandiri dari kalangan warga binaan.
“Pelatihan selama delapan hari ini semoga benar-benar dimanfaatkan dengan baik, agar ilmu yang diperoleh bermanfaat tidak hanya bagi warga binaan, tapi juga bagi masyarakat saat mereka kembali ke lingkungan masing-masing,” harapnya.
Dari Balik Dinding, Tumbuh Tekad Baru
Bagi sebagian warga binaan, kesempatan ini seperti cahaya kecil di ujung lorong panjang. Mereka belajar bukan hanya tentang teknik memotong besi atau merakit kusen, tapi juga tentang arti kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab.
Di sela kegiatan, seorang peserta pelatihan berbisik,
“Saya ingin setelah keluar nanti, bisa buka bengkel las sendiri di kampung. Biar anak-anak saya bangga.”
Kalimat sederhana itu menggambarkan makna besar dari program pelatihan ini — sebuah proses manusia untuk menebus masa lalu dengan karya dan keterampilan baru.
Dari balik jeruji Lapas Leok, lahir semangat baru.
Bukan sekadar membentuk tenaga kerja, tapi membangun harapan, harga diri, dan masa depan bagi mereka yang pernah tersesat namun kini memilih jalan untuk memperbaiki diri.
[ RED | Framenews.id ]









